Sosok Samaila Dg, Gading, Penjual Es Krim Keliling yang Hidup Sebatangkara di Bantaran Sungai Muara Kolaka

0
580

SEPUTAR,KOLAKA.ID-Sosok pria lansia berumur 88 tahun yang sempat viral di social media ini bernama Samaila Dg. Gading, di usia tuanya tak menyurutkan semangatnya untuk mencari secercah rezeki demi menyambung sisa umurnya, ia tinggal di gubuk berukuran 3×2 meter persegi milik keponakannya di Bantaran Sungai Muara Kecamatan Wundulako, Kabupaten Kolaka.

Sosok bapak dari tiga anak, dulu merupakan penduduk Sulawesi selatan, setelah istri tercintanya wafat,  ia menghabiskan masa kesendirianya dengan merantau ke banyak daerah, diantaranya  Kota Makassar Sulsel, setelah itu, tinggal di Kota Palu Sulteng selama berpuluh-puluh tahun hingga ia memutuskan merantau ke Kota Kolaka Sulawesi tenggara, tepatnya 4 tahun lalu.

Di Kolaka, Ia dikenal sebagai penjual es krim Keliling atau orang akrab menyebutnya penjual es “tontong,” tak menyerah untuk menyapa senja ,di usia yang saat ini tak lagi muda, ia habiskan dengan berdagang es krim di tempat ia biasa mangkal atau berjualan di pertigaan Jl. Akper Kota Kolaka.

Tak sedikit orang yang membeli daganganya merasa empati dan peduli padanya, acap kali Daeng Magading menerima bantuan dari orang-orang yang berhati baik, meski tak fasih berbahasa Indonesia dan hanya tau berbahasa  Bugis, ia bisa mengerti sebahagian apa yang orang-orang katakan.

“Saya biasa kalau jualan itu, ada orang tiba-tiba singgah dan memberi saya uang, biasa juga beras dan sembako lainya” Ucapnya dengan berbahasa daerah

Sementara itu, Kerabatnya, Asis (52) menuturkan sejak 4 tahun lalu pindah ke Kolaka, Daeng Gading selalu berpindah-pindah tempat tinggal. Meskipun memiliki anak yang juga tinggal di Muara Perumahan Biru, Kelurahan Sea, Kecamatan Latambaga Kolaka, Namun Daeng Gading lebih memilih tinggal di gubuk kecilnya.

Kata Asis, Daeng Gading sempat tinggal bersamanya, hanya saja karena di rumahnya banyak karabat sehingga terkesan menggangu bagi Daeng Gading. Sama halnya dengan di rumah sang anak, ia kemudian tinggal sendiri di gubuk yang dibangun oleh Asis tepat di belakang rumahnya.

Gubuk itu ia bangunkan dari sisa-sisa bahan seperti seng dan balok dari rumahnya. Bahan tersebut untuk menambahkan bahan yang sudah dibeli sendiri  sebelumnya oleh kakek 88 Tahun itu, dari uang yang dia kumpul oleh orang yang berbaik hati membantunya.

Asis juga bercerita, sepeda yang digunakan oleh Daeng Gading berjualan es merupakan sepeda bekas yang ia beli sendiri,  Sepeda itu diperbaiki agar bisa digunakan oleh Daeng Gading untuk berjualan.

“Daeng Gading mau beli sepeda hanya saja uangnya tidak cukup ketika itu, karena saya sedih lihat hanya diam diri tidak bekerja, jadi saya bantu pakai uang saya untuk beli sepeda itu,” jelasnya.

Ia menuturkan bila Daeng Gading tidak bisa hanya berdiam diri di rumah. Ia sudah biasa bekerja. Sehingga, ia pun membantu daeng dalam menyediakan transportasinya dalam berjualan.

Es krim yang dijualnya merupakan buatan sendiri. Hanya dengan es batu, kanji, dan bahan lainnya ia membuat es krim tersebut. Es krim ini pun tak selaris es krim ternama lainnya. Es krim yang ia buat baru  habis tiga sampai empat hari. Jadi ia kadang menyimpan es krim, kemudian dijual lagi keesokan harinya, dan seterusnya bila tidak habis.(*)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here