SEPUTAR,KOLAKA.ID-Peletakan batu pertama atau Groundbreaking resmi dilaksanakan di Kecamatan Pomalaa Kabupaten Kolaka, Minggu (27/11) hal tersebut menandai dimulainya Pembangunan pabrik High-Pressure Acid Leach (HPAL) PT. Vale kerjasama dengan Zhejiang Huayou China
Pabrik pembuatan bahan baku baterai ini diperkirakan akan memproduksi 120 Ribu ton Nikel per tahun dengan nilai investasi Rp 67.5 Triliun Rupiah diperkirakan dampaknya ribuan tenaga kerja akan terserap dalam proses pembangunan pabrik tersebut.
Gubernur Ali Mazi dalam sambutannya menyampaikan beberapa harapannya terkait pembangunan smelter HPAL di Blok Pomalaa, ia menginginkan dalam proses pembangunan pabrik Nikel PT. Vale dapat menyerap tenaga kerja dari Sultra terutama masyarakat Kabupaten Kolaka,
Ia berharap muaranya kata dia dapat membawa harapan baru terhadap masyarakat dan pertumbuhan ekonomi yang ada di Sulawesi Tenggara, mengingat wilayah konsesi tambang PT. Vale di Pomalaa sangat besar yakni lebih dari 20 Ribu Hektar.
“Kami sampaikan apresiasi kepada direksi PT. Vale dan Haoyu semoga dengan adanya pabrik HPAL di Kolaka ini, dapat memberikan kesejahteraan di Sulawesi tenggara khususnya dan mampu memberikan pertumbuhan ekonomi, Kolaka, sultra bangsa dan negara,”ungkapnya
Sementara itu menteri Koordinator bidang Kemaritiman dan Investasi Republik Indonesia Luhut Binsar Pandjaitan mengharapkan semua pihak mendukung pelaksanaan pembangunan pabrik HPAL di Kolaka, ia mengatakan Indonesia harus tau posisinya sebagai poros maritim dunia, dan penyedia sumberdaya mineral terbesar di dunia.
“Supaya ini bisa berjalan dengan lancar semua harus mendukung jangan mempersulit, kalau ada masalah beritahu kita selesaikan, Ingat kita harus tau siapa kita, setelah cina, india, amerika, Indonesia, dari segi populasi Indonesia dan ingat middle class kita ada 60 juta orang, kita punya semua sumber daya mineral yang ada di dunia jadi kita harus tau posisi kita dan itu penting ketika kita bernegosiasi kepada siapapun,”katanya
Ia menyampaikan bahwa tidak ada negara di dunia yang dapat mendikte Indonesia, olehnya itu pilihan PT. Vale menggandeng Haouyo dalam pembangunan smelter di pomalaa menurutnya sudah tepat.
“No country decided Indonesia, jadi tidak boleh sama dengan proyek ini, kenapa saya setuju karena saya kenal Mr. Chen ini (Chairman Haouyo ) saya sama-sama ke jerman dan dia di kejar-kejar karena teknologi mereka bagus, begitu saya dengar kerjasama dengan PT. Vale langsung saya setuju dan sy bilang ini pilihan yang tepat Jadi kita beruntung Haouyu mau di sini, jadi HPAL yang terbesar di dunia itu ada di Indonesia,dan tidak bisa bikin baterai tanpa HPAL tadi,”tegasnya
CEO PT Vale Indonesia Febriyani Eddy mengatakan pembangunan Smelter HPAL di Blok Pomalaa bukan hanya menjadi sejarah bagi PT. vale sendiri tetapi merupakan sejarah Kolaka, Sultra dan Indonesia bahwa akan dimulai proses transformasi energi berkualitas dan berkelanjutan dalam masa depan Elektrifikasi di Indonesia
“Seluruh proyek kami bukan semata-mata Investasi saja
Kami memastikan bahwa seluruh kegiatan operasi dibawah PT. Vale dimanapun kami berada merupakan investasi yang bertanggung jawab, dan patuh terhadap prinsip keberlanjutan,”terangnya
Dalam pelaksanaan groundbreaking tersebut dihadiri Luhut Binsar Pandjaitan Gubernur Sulawesi Tenggara H. Ali Mazi Bupati Kolaka H. Ahmad Safei,Direktur Jenderal Mineral
dan Batubara Ir. Ridwan Djamaluddin, Majelis Adat dan Dewan Adat Mekongga, Komisi 7 DPR RI, DPR Provinsi Sultra, Ketua DPRD Kabupaten Kolaka, President Vale Group
Mr. Eduardo Bartolomeo, Chairman Huayou Mr. Chen Xuehua